Rabu, 31 Oktober 2012

Indonesiaku, Indonesiamu juga :)

      Tanggal 28 Oktober yang lalu merupakan hari yang seharusnya jadi kebanggan bagi para pemuda-pemudi Indonesia. Karena pada hari itulah, 84 tahun yang silam para pemuda-pemudi Indonesia yang selama ini berdiri sendiri, bersatu demi Indonesia tercinta. Semangat para pemuda-pemudi itu sangat membahana. Dengan semangat itulah mereka menciptakan persatuan demi kemerdekaan Indonesia.

     Itu merupakan cerita 84 tahun yang silam. Coba bila kita lihat kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini. Semangat para pemuda-pemudi untuk membanggakan negeri kita tercinta ini sudah mulai memudar. Banyak terjadi kekerasan, demo besar-besaran, kehamilan diluar pernikahan, kasus narkoba, korupsi dan lain sebagainya yang terjadi karena ulah pemuda. Sungguh amat disayangkan hal ini terjadi pada generasi yang merupakan harapan bangsa. Seharusnya semangat 84 tahun yang silam itu tetap ada pada diri para pemuda Indonesia. Sungguh amat disayangkan bila kita melihat kenyataan dimana para pemuda kita, bahkan untuk menyebutkan bulir-bulir Pancasila secara utuh saja tidak bisa. Alasan mereka tidak hafal. Padahal saat duduk di bangku sekolah, para guru sudah membimbing mereka.

      Tapi ini juga tak dapat dipungkiri, merupakan akibat dari kurangnya peranan pemerintah dalam menggerakan para pemuda di bidang pendidikan. Banyak diantara para pemuda-pemudi itu yang tak mampu mengenyam bangku pendidikan karena tak memiliki biaya. Padahal pemerintah kita memiliki program wajib belajar 12 tahun, yang berarti harusnya setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mengenyam bangku pendidikan sampai tingkat SMA. Tapi apa kenyataan yang terjadi? Hanya orang-orang yang memiliki uang yang rata-rata mampu mengenyam bangku pendidikan sampai tingkat setara itu. Padahal pendidikan merupakan tonggak utama dalam membentuk karakter pemuda-pemudi yang mencintai negeri. Tak sedikit dari para pejabat di atas sana yang malah justru “menyunat” uang yang seharusnya sebagai kepentingan negara. Bahkan tak jarang para pejabat kecil seperti Kepala Sekolah dan Bendahara Sekolah yang melakukan “korupsi kecil” itu. BOS dan BOP yang seharusnya menjadi biaya untuk para siswa, malah mereka “sunat” untuk kepentingan kantong pribadi mereka sendiri. Seharusnya, dengan biaya itu banyak sudah kebodohan yang ditetaskan. Banyak sudah para pemuda-pemudi yang siap bersaing untuk masa depan negeri.
Masih banyak bagian-bagian yang harus dibenahi dalam negeri ini. Bahkan pembenahan pribadi setiap insannya, baik pembenahan diri saya maupun anda. Tapi kita tak boleh menyerah dengan keadaan yang ada. Seharusnya sebagai pemuda-pemudi yang telah mengenyam bangku pendidikan bahkan sampai tingkat Universitas, kita memiliki kewajiban moral untuk memperjuangkan itu semua. Karena Indonesia bukan milik orang-orang tertentu, tapi milik semua penduduk dan warga negara yang ada dan hidup di negeri kita tercinta ini. Bangkitkan kembali semangat Cinta Tanah Air, ingatkan kembali kepada generasi kita bahwa pemuda-pemudi itu mampu melakukan perubahan luar biasa untuk masa depan Negara Indonesia.

Seperti kata-kata dari sebuah iklan yang saya tonton
Disetiap tangis kekalahan tim Indonesia, 10.000 anak bangsa bersemangat jadi juara.
Sementara tawuran pelajar terus terjadi, lebih dari 400.000 calon pemimpin lulus dari bangku kuliah.
Untuk waktu yang terbuang percuma di jalan raya, 14.388 pemuda semangat mendukung gerakan berkebun.
Ada lebih banyak kata CINTA ditemukan di Google dibandingkan dengan kata PERANG.
Saat sekelompok orang memperkaya dirinya dengan “KORUPSI”, 2 juta orang rela mendonorkan darahnya untuk membantu sesama.
Disaat orang mempermasalahkan siapa yang akan memimpin, ribuan relawan rela menyisihkan waktu untuk membersihkan pantai.
Dari kata-kata itulah, saya yakin masih banyak harapan untuk negeri ini. Karena Indonesiaku, Indonesiamu juga :)
http://www.lintas.me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar